Sabtu, 12 November 2016
WHY A GUIDE TO DESIGNING MATERIALS?
Recent works such
as Ramsden’s Learning to
Teach in Higher Education
and Le Brun
and Johnstone’s The Quiet
Revolution: Improving Student Learning in
Law provide thorough
introductions to university teaching in
general and the teaching of
law in
particular. These two works are
guides to current issues and recent
research into student learning and
its implications
for teaching.
Joughin and Gardiner’s
A Framework
for Teaching
and Learning
Law
provides a detailed mapping
of the
key elements
of legal
education, and while it touches
on the use of materials, it does so in
the context
of a much broader framework of issues, concepts, and processes. Johnstone’s
Printed Teaching Materials: A New
Approach for Law Teachers
contains a detailed discussion
of the
principal concepts and issues involved
in the
use of
materials in legal education and
focuses on providing
law teachers
with a ‘way of thinking’ about
the development and use of such materials.
Kepemimpinan Pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kepemimpinan
adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga kemampuan
pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Maka, esensi
kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan
pemimpin. Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya
suatu organisasi dan usaha. Baik di dunia bisnis maupun di dunia Pendidikan,
kesehatan, perusahaan, religi, social,
politik, pemerintah Negara dan lain-lain, kualitas pemimpin menentukan
keberhasilan lembaga atau organisasinya.[1]
Sebab, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi
sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus bersedia memberikan
kesejahterahan dan kebahagiaan pada bawahan dan masyarakat luas.[2]
Pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa memengaruhi secara
konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta perilaku benar yang harus
dikerjakan bersama-sama (melakukan kerja-sama), dan bahkan kepemimpinan sangat
memengaruhi semangat kerja kelompok.
Berdasarkan
pemaparan di atas, penulis akan mencoba menjelaskan sedikit tentang Pengertian dan Hakekat Kepemimpinan
Pendidikan Islam, fungsi-fungsi kepemimpinan, teori-teori tentang kepemimpinan,
dan syarat-syarat kepemimpinan serta tipe-tipe kepemimpinan.
B.
Latar
Belakang
- Apa pengertian dan
hakekat kepemimpinan Pendidikan Islam?
- Bagaimana
fungsi-fungsi kepemimpinan Pendidikan Islam?
- Teori-teori
kepemimpinan Pendidikan Islam?
- Apa syarat-syarat
dari kepemimpinan Pendidikan Islam?
- Bagaimana tipe-tipe
kepemimpinan Pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan Hakekat Kepemimpinan Pendidikan Islam
Secara
etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa
Inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader
berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung beberapa arti
yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal, mengambil langkah awal,
berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat orang lain,
membimbing, menuntun, dan menggerakkan orang lain dalam pengaruhnya.[3]
Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.[4]
Setiap organisasi dan semua organisasi apa pun jenisnya
pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin seperti pimpinan tertinggi
(pimpinan puncak) atau manajer tertinggi (top manajer) yang berfungsi untuk
menjalakan tugas kepemimpinan (leader action) atau manajemen (management) bagi
keseluruhan organisasi sebagai satu
kesatuan. Pemimpin tersebut sebagai orang pertama yang terus mengarahkan jalannya
organisasi, dan dibantu sejumlah orang sebagai bawahan dalam organisasi
tersebut sebagai penggerak organisasi ke
arah yang diinginkan oleh pemimpin. Artinya, suatu organisasi akan berhasil
dalam mencapai tujuan dan program-programnya jika orang-orang yang bekerja
dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai
dengan bidang dan tanggung jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka diperlukan seorang pemimpin yang dapat
mengarahkan menuju pencapaian tujuan. Dalam suatu organisasi, berhasil atau
tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pemimpin dan
orang yang dipimpinnya, agar kepemimpinan yang dilaksanakan oleh pemimpin
tersebut efektif dan efisien, salah satu tugas yang harus dilakukan adalah
memberikan kepuasan kepada orang yang dipimpinnya, ibarat nahkda dengan bantuan
dan kerja sama anak buah kapalnya agar perjalanan lancar menuju pelabuhan
tujuan.[5]
Pada organisasi Islam kontemporer, eksistensi seorang
pemimpin tidak lagi bersifat menentukan jatuh bangunnya suatu organisasi secara
terfokus, tetapi lebih bersifat member dorongan dan bimbingan secara humanis
pada bawahannya. Oleh karena itu, tugas seorang pemimpin terdiri dari beberapa
ranah antara lain; 1) bertanggung jawab akan keberhasilan organisasi; 2)
menciptakan keseimbangan dalam rangka pencapaian tujuan; 3) seorang pemikir,
konseptor; 4) melaksanakan tugas dengan menggunakan orang lain; 5) sebagai
penengah; 6) sebagai seorang politisi; 7) sebagai seorang diplomat; 8)
pengambil keputusan.[6]
B.
Fungsi
Kepemimpinan Pendidikan Islam
Menurut
Stephen P. Robbin, pentingnya fungsi kepemimpinan bagi suatu organisasi itu
terletak pada kebutuhan akan koordinasi dan kendali. Tujuan
organisasi tidak akan dapat dicapai secara efektif dan efisien jika
masing-masing individu yang terorganisasi didalamnya berjalan secara
fragmentalis tanpa koordinasi dan kendali. Aturan, kebijakan, uraian tugas, dan
hierarki otoritas merupakan ilustrasi dari piranti yang diciptakan untuk
memudahkan koordinasi dan kendali. Selain itu, kepemimpinan menyumbang ke
pemaduan berbagai aktifitas pekerjaan, koordinasi komunikasi antara subunit
organisasi, pemantauan kegiatan, dan pengawasan penyimpangan dari standar.
Tidak ada sejumlah aturan dan pengaturan dapat menggantikan pemimpin yang
berpengalaman yang dapat membuat keputusan yang cepat dan menentukan.[7]
Sedangkan, Soekarto Indrafachrudi pada arah yang sama
menyimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua
macam sebagai berikut.[8]
- Fungi yang
bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai, di antaranya:
a.
Memikirkan
dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan kepada
angota-anggotanya supaya dapat bekerja sama mencapai tujuan itu;
b.
Member
dorongan-dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi
supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat member harapan
yang baik;
c.
Membantu
anggota kelompok dalam mengumpulkan
keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat;
d.
Menggunakan
kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok;
e.
Member
dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan
pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan
masalah yang dihadapi oleh kelompok;
f.
Memberi
kepercayaan dan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.
- Fungsi yang
bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan
sambil memeliharanya, di antaranya:
a.
Memupuk
dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok;
b.
Mengusahakan
suatu tempat bekerja yang menyenangkan sehingga dapat memupuk kegembiraan dan
semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas;
c.
Dapat
mendorong dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam
kelompok dan merupakan bagian dari kelompok. Semangat kelompok dapat dibentuk
melalui penghargaan terhadap usaha setiap anggota atau kelompok demi
kepentingan kelompok dan melalui social activities.
d.
Menggunakan
kelebihan yan dimilikinya bukan untuk berkuasa atau mendominasi, melainkan
sebagai sumbangan terhadap kelompok demi mencapai tujuan bersama.
Realitanya
yang terjadi kemudian adalah kepemimpinan pendidikan Islam sangat berbeda
dengan sosok manajer atau administrator, maupun seorang politisi dalam dunia
Pendidikan. Sosok pemimpin pendidikan Islam adalah orang yang mempunyai konsep
masyarakat yang luas, komprehensif, dan general yang berkaitan langsung dengan
tujuan pendidikan Islam. Tujuan itu berpengaruh terhadap lembaga Pendidikan
Islam yang menyelenggarakan Pendidikan dengan semangat dan orientasi
internasional. Hadis Nabi Muhammad SAW yang terkenal memerintahkan umatnya
untuk menuntut ilmu sampai ke negeri orang Cina (negeri yang jauh). Al-Qur’an
dalam Surah Al-Taubah (9):122 secara tersirat memerintahkan umatnya untuk
menuntut ilmu di tempat yang jauh sehingga kalau nantinya kembali dapat
memberikan peringatan, pencerahan, dan pemberdayaan bagi kaumnya. Artinya
pemimpin Pendidikan Islam mempunyai tugas social yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat.
C.
Teori-teori
kepemimpinan Pendidikan Islam
Kepemimpinan
(leadership) merupakan bagian integral dari kehidupan umat manusia, meskipun
tidak mempunyai legitimasi formal secara structural-organisasional. Tugas utama
di muka bumi adaah sebagai pemimpin. Tugas kepemimpinannya pun telah dibebankan
kepada manusia sejak zaman dahulu kala (‘azali) sebelum manusia diciptakan. Hal
ini tergambar dalam salah satu tataran etis-normatif ketika Allah
memberitahukan kepada malaikat tentang maksud dan tujuan manusia diciptakan,
sebagaimana yang termaktub dalam QS Al-Baqarah (2):30 yang menyatakan:
Terjemahan: “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khaifah di muka bumi.” Mereka Berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang
tidak engkau ketahui.”
Sampai saat
ini, kepemimpinan masih menjadi isu sentral dalam kehidupan organisasi,
sampai-sampai banyak dari kalangan ilmuan yang termotivasi untuk terus
menekuninya melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengumpulan data-data
empiris yang memungkingkan mereka mengembangkan teori-teori modern tentang
kepemimpinan.[9]
Bahkan, ada beberapa orang ahli di bidang Pendidikan kontemporer memberikan
batasan tersendiri tentang pemimpin. Sebut saja, misalnya, Nanang Fattah yang mengatakan
bahwa pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Ia juga
menambahkan bahwa kekuasaan itu adalah kemampuan untuk mengarahkan dan
memengaruhi bawahan sehubungan denga tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Ini
mengindikasikan bahwa betapa urgennya kepemimpinan dalam kehidupan manusia
terlebih di lembaga Pendidikan. Sebab, pemimpin sebagai ujung tombak pembuat
keputusan (policy maker) ibarat manusia di balik senjata (man behind the gun)
yang bidikannya memegang peran dominan dalam mengarahkan, mendesain, mencetak,
dan menghasilkan produk Pendidikan yang berkualitas. Bahkan, secara
keseluruhan, keberhasilan lembaga Pendidikan akan sangat bergantung pada mutu kepemimpinan
yang terdapat di dalamnya.
Yang lebih
menukik lagi dalam kajian Nanang Fattah adalah ketika ia membagi jenis pemimpin
menjadi dua macam, yaitu: 1) Pemimpin formal, adalah yang terjadi karena
pemimpin tersebut bersandar pada wewenang formal; 2) Pemimpin informal, adalah
yang terjadi karena pemimpin tanpa wewenang formal berhasil memengaruhi
perilaku orang lain. Bahkan, dengan mengutip pandangan dari Gerungan, Nanang
Fattah mengidenfikasikan dengan menambahkan setiap pemimpin sekurang-kurangnya
memiliki tiga cirri-ciri, yaitu: 1) Penglihatan Sosial; 2) Kecakapan berpikir
abstrak; 3) Keseimbangan emosi. Sementara itu menurut J. Slikboer, pemimpin
hendaknya memilika sifat-sifat; 1) Dalam bidang intelektual; 2) Berkaitan
dengan watak; 3) Berhubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin.[10]
D.
Syarat-syarat
kepemimpinan Pendidikan Islam
Dalam ajaran
Islam, memilih pemimpin adalah kewajiban agama yang tidak boleh diabaikan. Kata
Rasulullah SAW, “Tidak halal (dibenarkan) bagi tiga orang muslim yang berdiam
di suatu tempat, kecuali apabila mereka memilih dan mengangkat salah satu di
antara mereka sebagai pemimpin.” (HR Abu Daud).
Dalam
konteks memilih pemimpin Islam memberika syarat-syarat seseorang layak
dijadikan pemimpin antara lain:
1.
Beragama
Islam, beriman, dan bertaqwa. Karena setiap kepemimpinan itu terkait dengan
pencapaian suatu cita-cita, maka kepemimpinan itu harus berada di dalam
genggaman tangan seorang pemimpin yang beriman kepada Allah. Allah SWT dengan
tegas melarang kita untuk mengangkat atau menjadikan orang-orang kafir sebagai
pemimpin. Firman Allah SWT, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang
kafir sebagai pemimpin (pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Barang siapa yang berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah.”
(QS 3: 28)
2.
Mempunyai
moralitas yang baik, yaitu tidak gemar melakukan perbuatan dosa dan maksiat
seperti korupsi, manipulasi, dusta, dan khianat. Para pemimpin itu hendaklah
berakhlak terpuji, senantiasa berkata jujur, teguh memegang amanah, dan tidak
suka bermaksiat kepada Allah.
3.
Berilmu
pengetahuan. Selayaknya seseorang yang dipilih sebagai pemimpin mempunyai
pengetahuan yang mencakup pengetahuan tentang adminsitrasi Negara, politik,
hukum, dan yang terpenting adalah pengetahuan agama. Allah SWT menggambarkan
prototype pemimpin seperti itu dalam Al-Qur’an, “Yusuf berkata, “Jadikanlah aku
bendaharawan Negara (mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga,
lagi berpengetahuan.” (QS 12: 55).
4.
Mempunyai
kemampuan. Seorang pemimpin itu hendaknya seorag yang kokoh iman dan takwanya,
mulia akhlaknya, dan mampu bersikap adil dan jujur, berilmu dan cerdas, mampu
menjalankan tugas (kompeten) dan konsekuen (istiqamah) memikul tanggung jawab
yang diamanahkan kepadanya, sehat jasmani dan rohaninya, dan ia harus memiliki
kemampuan dan keberanian untuk menegakkan keadilan serta melaksanakan amar
ma’ruf nahi mungkar.
5.
Mempunyai
kepedulian tinggi kepada rakyat dan mempunyai kasih sayang.
E.
Tipe-tipe
kepemimpinan Pendidikan Islam
Dalam setiap
realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya, terjadi adanya
suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
sebagimana menurut G.T. Terry, seperti yang dikutip oleh Maman Ukas,[11]
bahwa terdapat 6 tipe kepemimpinan, yaitu sebagai berikut.
- Tipe kepemimpinan
pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini, segala
sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk
itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh
pemimpin yang bersangkutan.
- Tipe kepemimpinan
nonpribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang
dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media nonpribadi baik rencana
atau perintah juga pengawasan.
- Tipe pemimpin
otoriter (autoritotion leadership).pemimpin otoriter biasanya bekerja
keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menuntut
peratutan-peraturan yang berlaku secara ketat dan intruksi-instruksinya
harus ditaati.
- Tipe kepemimpinan
demokratis (democratic leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap
dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tugas
bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, seluruh anggota ikut
serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan
penilaian.
- Tipe kepemimpinan
paternalistis (paternalistic leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh
suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan
kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya
seorang bapak kepada anaknya.
- Tipe kepemimpanan
menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya, timbul dari kelompok
orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya
sistem kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang
bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di
antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya di mana
ia ikut berkecimpung.
Selanjutnya,
menurut Kurt Levin, sebagaimana yang dikutip oleh Maman Ukas[12]
mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1.
Otokratis,
pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia
bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya
harus ditaati.
2.
Demokratis,
pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawb tentang pelaksanaan
tujuannya. Hal ini agar setiap anggota turut serta dalam setiap
kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3.
Laissez-faire, pemimpin yang bertipe
demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, kemudian
menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannay untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung-jawabnya. Ia hanya akan menerima
laporan-laporan dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu
mau ambil inisiatif, dan semua pekerjaan tergantung pada inisiatif dan prakarsa
dari para bawahannya. Dengan demikian, hal tersebut dianggap cukup dapat
memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja keras tanpa kekangan.
Berdasarkan
dari pendapat tersebut, pada kenyataannya, tipe kempemimpinan yang otokratis,
demokratis, dan laissez-faire banyak diterapkan oleh para pemimpinnya dalam
berbagai macam organisasi dan salah satunya adalah bidang Pendidikan. Selain
itu, kepemimpinan dianggap berjalan dengan baik apabila secara fungsional
pemimpin tersebut mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya.[13]
Dengn melihat ha tersebut, pemimpin di bidang Pendidikan diharapkan memiliki
tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan dan tujuan, baik itu harapan dari
bawahan, atau dari atasan. Dengan demikian, pada akhirnya tipe kepemimpinan
yang dipakai oleh para pemimpin tersebut dapat mencerminkan seorang pemimpin
yang professional.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, Sudarwan dan Suparno, 2009. Managemen
dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan; Visi dan Strategi Sukses
Era Teknologi, Situasi Kritis, dan Internasionalisasi Pendidikan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Fattah Nanang Dr., 2009. Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Indrafachrudi, H.R. Soekarto. 2006.
Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif. Bogor : Ghalia Indonesia.
Mangunhardjana SJ, A.M. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta :
Kanisius.
Rivai Veithzal dan Arviyan Arifin,
2009. Islamic Leadership: Membangun Super Leadership Melalui Kecerdasan
Spiritual. Jakarta : Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal dan Silviana Murni.
2009. Education and Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta :
Rajawali Pers.
Robbins Stephen P., 2001.Perilaku
Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 2, Terj.: Hadyana
Pujaatmaka dan Benyamin Mohan. Jakarta : Prenhallindo.
Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Ukas Maman, 1999. Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi.
Bandung : Ossa Promo
Wahab, Abdul Aziz. 2008. Anatomi
Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah terhadap Organisasi dan
Pengelolaan Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahab HS., Abd & Umiarso, 2011.
Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
[1] Abd. Wahab HS dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan
Kecerdasan Spritual (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011) h. 79
[2] Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun
Super Leadership Melalui Kecerdasan Spiritual (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
h. 7
[3] A.M. Mangunhardjana, SJ., Kepemimpinan (Yogyakarta :
Kanisius, 2004) h. 1
[4] Nanang Fattah, Dr., Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung :
PT Remaja Rosdakarya Offset, 1996) h. 88
[5] Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan
Pendidikan: Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 81
[6] Veithzal Rivai, Education and Management: Analisis Teori dan
Praktik (Jakarta : Rajawali Pers, 2009) h. 47-48
[7] Stephen P. Robbin, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi,
Aplikasi, Jilid 2, Terj.: Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Mohan (Jakarta :
Prenhallindo, 2001) h. 41.
[8] Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif
(Bogor : Ghalia Indonesia, 2006) h. 3-4
[9] Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta
: Rineka Cipta, 2003) h. 4
[10] Nanang Fattah, Dr., Landasan Manajemen Pendidikan., h. 89.
[11] Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi (Bandung : Ossa
Promo, 1999) h. 261-262
[12] Ibid., h. 262-263.
[13] Sudarwan Danim dan Suparno, Managemen dan Kepemimpinan
Transformasional Kekepalasekolahan; Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi,
Situasi Kritis, dan Internasionalisasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta,
2009) h. 12
Jumat, 04 November 2016
Langganan:
Postingan (Atom)