Sabtu, 12 November 2016

WHY A GUIDE TO DESIGNING MATERIALS?

Recent works such as Ramsden’s Learning to Teach in Higher Education and Le Brun and Johnstone’s The Quiet Revolution: Improving Student Learning in Law provide thorough introductions to university teaching in general and the teaching of law in particular. These two works are guides to current issues and recent research into student learning and its implications for teaching. Joughin and Gardiner’s A Framework for Teaching and Learning Law provides a detailed mapping of the key elements of legal education, and while it touches on the use of materials, it does so in the context of a much broader framework of issues, concepts, and processes. Johnstone’s Printed Teaching Materials: A New Approach for Law Teachers contains a detailed discussion of the principal concepts and issues involved in the use of materials in legal education and focuses on providing law teachers with a ‘way of thinkingabout the development and use of such materials.

Kepemimpinan Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan sehingga kemampuan pemimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Maka, esensi kepemimpinan adalah kepengikutan kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan pemimpin. Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di dunia bisnis maupun di dunia Pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, social,  politik, pemerintah Negara dan lain-lain, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya.[1] Sebab, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern, sekaligus bersedia memberikan kesejahterahan dan kebahagiaan pada bawahan dan masyarakat luas.[2] Pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa memengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama (melakukan kerja-sama), dan bahkan kepemimpinan sangat memengaruhi semangat kerja kelompok.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan mencoba menjelaskan sedikit tentang  Pengertian dan Hakekat Kepemimpinan Pendidikan Islam, fungsi-fungsi kepemimpinan, teori-teori tentang kepemimpinan, dan syarat-syarat kepemimpinan serta tipe-tipe kepemimpinan.


B.       Latar Belakang
  1. Apa pengertian dan hakekat kepemimpinan Pendidikan Islam?
  2. Bagaimana fungsi-fungsi kepemimpinan Pendidikan Islam?
  3. Teori-teori kepemimpinan Pendidikan Islam?
  4. Apa syarat-syarat dari kepemimpinan Pendidikan Islam?
  5. Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan Pendidikan Islam?

















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian dan Hakekat Kepemimpinan Pendidikan Islam
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa Inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat orang lain, membimbing, menuntun, dan menggerakkan orang lain dalam pengaruhnya.[3]
            Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.[4]
            Setiap organisasi dan semua organisasi apa pun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin seperti pimpinan tertinggi (pimpinan puncak) atau manajer tertinggi (top manajer) yang berfungsi untuk menjalakan tugas kepemimpinan (leader action) atau manajemen (management) bagi keseluruhan organisasi  sebagai satu kesatuan. Pemimpin tersebut sebagai orang pertama yang terus mengarahkan jalannya organisasi, dan dibantu sejumlah orang sebagai bawahan dalam organisasi tersebut sebagai penggerak organisasi  ke arah yang diinginkan oleh pemimpin. Artinya, suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-programnya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka diperlukan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan menuju pencapaian tujuan. Dalam suatu organisasi, berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pemimpin dan orang yang dipimpinnya, agar kepemimpinan yang dilaksanakan oleh pemimpin tersebut efektif dan efisien, salah satu tugas yang harus dilakukan adalah memberikan kepuasan kepada orang yang dipimpinnya, ibarat nahkda dengan bantuan dan kerja sama anak buah kapalnya agar perjalanan lancar menuju pelabuhan tujuan.[5]
            Pada organisasi Islam kontemporer, eksistensi seorang pemimpin tidak lagi bersifat menentukan jatuh bangunnya suatu organisasi secara terfokus, tetapi lebih bersifat member dorongan dan bimbingan secara humanis pada bawahannya. Oleh karena itu, tugas seorang pemimpin terdiri dari beberapa ranah antara lain; 1) bertanggung jawab akan keberhasilan organisasi; 2) menciptakan keseimbangan dalam rangka pencapaian tujuan; 3) seorang pemikir, konseptor; 4) melaksanakan tugas dengan menggunakan orang lain; 5) sebagai penengah; 6) sebagai seorang politisi; 7) sebagai seorang diplomat; 8) pengambil keputusan.[6]
B.       Fungsi Kepemimpinan Pendidikan Islam
Menurut Stephen P. Robbin, pentingnya fungsi kepemimpinan bagi suatu organisasi itu terletak pada kebutuhan akan koordinasi dan kendali. Tujuan organisasi tidak akan dapat dicapai secara efektif dan efisien jika masing-masing individu yang terorganisasi didalamnya berjalan secara fragmentalis tanpa koordinasi dan kendali. Aturan, kebijakan, uraian tugas, dan hierarki otoritas merupakan ilustrasi dari piranti yang diciptakan untuk memudahkan koordinasi dan kendali. Selain itu, kepemimpinan menyumbang ke pemaduan berbagai aktifitas pekerjaan, koordinasi komunikasi antara subunit organisasi, pemantauan kegiatan, dan pengawasan penyimpangan dari standar. Tidak ada sejumlah aturan dan pengaturan dapat menggantikan pemimpin yang berpengalaman yang dapat membuat keputusan yang cepat dan menentukan.[7]
            Sedangkan, Soekarto Indrafachrudi pada arah yang sama menyimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua macam sebagai berikut.[8]
  1. Fungi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai, di antaranya:
a.       Memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan kepada angota-anggotanya supaya dapat bekerja sama mencapai tujuan itu;
b.      Member dorongan-dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat member harapan yang baik;
c.       Membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan  keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat;
d.      Menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok;
e.       Member dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok;
f.       Memberi kepercayaan dan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.
  1. Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya, di antaranya:
a.       Memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok;
b.      Mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan sehingga dapat memupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas;
c.       Dapat mendorong dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok. Semangat kelompok dapat dibentuk melalui penghargaan terhadap usaha setiap anggota atau kelompok demi kepentingan kelompok dan melalui social activities.
d.      Menggunakan kelebihan yan dimilikinya bukan untuk berkuasa atau mendominasi, melainkan sebagai sumbangan terhadap kelompok demi mencapai tujuan bersama.

Realitanya yang terjadi kemudian adalah kepemimpinan pendidikan Islam sangat berbeda dengan sosok manajer atau administrator, maupun seorang politisi dalam dunia Pendidikan. Sosok pemimpin pendidikan Islam adalah orang yang mempunyai konsep masyarakat yang luas, komprehensif, dan general yang berkaitan langsung dengan tujuan pendidikan Islam. Tujuan itu berpengaruh terhadap lembaga Pendidikan Islam yang menyelenggarakan Pendidikan dengan semangat dan orientasi internasional. Hadis Nabi Muhammad SAW yang terkenal memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu sampai ke negeri orang Cina (negeri yang jauh). Al-Qur’an dalam Surah Al-Taubah (9):122 secara tersirat memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh sehingga kalau nantinya kembali dapat memberikan peringatan, pencerahan, dan pemberdayaan bagi kaumnya. Artinya pemimpin Pendidikan Islam mempunyai tugas social yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
C.      Teori-teori kepemimpinan Pendidikan Islam
Kepemimpinan (leadership) merupakan bagian integral dari kehidupan umat manusia, meskipun tidak mempunyai legitimasi formal secara structural-organisasional. Tugas utama di muka bumi adaah sebagai pemimpin. Tugas kepemimpinannya pun telah dibebankan kepada manusia sejak zaman dahulu kala (‘azali) sebelum manusia diciptakan. Hal ini tergambar dalam salah satu tataran etis-normatif ketika Allah memberitahukan kepada malaikat tentang maksud dan tujuan manusia diciptakan, sebagaimana yang termaktub dalam QS Al-Baqarah (2):30 yang menyatakan:



Terjemahan: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khaifah di muka bumi.” Mereka Berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.”  
Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi isu sentral dalam kehidupan organisasi, sampai-sampai banyak dari kalangan ilmuan yang termotivasi untuk terus menekuninya melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengumpulan data-data empiris yang memungkingkan mereka mengembangkan teori-teori modern tentang kepemimpinan.[9] Bahkan, ada beberapa orang ahli di bidang Pendidikan kontemporer memberikan batasan tersendiri tentang pemimpin. Sebut saja, misalnya, Nanang Fattah yang mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Ia juga menambahkan bahwa kekuasaan itu adalah kemampuan untuk mengarahkan dan memengaruhi bawahan sehubungan denga tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Ini mengindikasikan bahwa betapa urgennya kepemimpinan dalam kehidupan manusia terlebih di lembaga Pendidikan. Sebab, pemimpin sebagai ujung tombak pembuat keputusan (policy maker) ibarat manusia di balik senjata (man behind the gun) yang bidikannya memegang peran dominan dalam mengarahkan, mendesain, mencetak, dan menghasilkan produk Pendidikan yang berkualitas. Bahkan, secara keseluruhan, keberhasilan lembaga Pendidikan akan sangat bergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat di dalamnya.
Yang lebih menukik lagi dalam kajian Nanang Fattah adalah ketika ia membagi jenis pemimpin menjadi dua macam, yaitu: 1) Pemimpin formal, adalah yang terjadi karena pemimpin tersebut bersandar pada wewenang formal; 2) Pemimpin informal, adalah yang terjadi karena pemimpin tanpa wewenang formal berhasil memengaruhi perilaku orang lain. Bahkan, dengan mengutip pandangan dari Gerungan, Nanang Fattah mengidenfikasikan dengan menambahkan setiap pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga cirri-ciri, yaitu: 1) Penglihatan Sosial; 2) Kecakapan berpikir abstrak; 3) Keseimbangan emosi. Sementara itu menurut J. Slikboer, pemimpin hendaknya memilika sifat-sifat; 1) Dalam bidang intelektual; 2) Berkaitan dengan watak; 3) Berhubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin.[10]
D.      Syarat-syarat kepemimpinan Pendidikan Islam
Dalam ajaran Islam, memilih pemimpin adalah kewajiban agama yang tidak boleh diabaikan. Kata Rasulullah SAW, “Tidak halal (dibenarkan) bagi tiga orang muslim yang berdiam di suatu tempat, kecuali apabila mereka memilih dan mengangkat salah satu di antara mereka sebagai pemimpin.” (HR Abu Daud).
Dalam konteks memilih pemimpin Islam memberika syarat-syarat seseorang layak dijadikan pemimpin antara lain:
1.      Beragama Islam, beriman, dan bertaqwa. Karena setiap kepemimpinan itu terkait dengan pencapaian suatu cita-cita, maka kepemimpinan itu harus berada di dalam genggaman tangan seorang pemimpin yang beriman kepada Allah. Allah SWT dengan tegas melarang kita untuk mengangkat atau menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin. Firman Allah SWT, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin (pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa yang berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah.” (QS 3: 28)
2.      Mempunyai moralitas yang baik, yaitu tidak gemar melakukan perbuatan dosa dan maksiat seperti korupsi, manipulasi, dusta, dan khianat. Para pemimpin itu hendaklah berakhlak terpuji, senantiasa berkata jujur, teguh memegang amanah, dan tidak suka bermaksiat kepada Allah.
3.      Berilmu pengetahuan. Selayaknya seseorang yang dipilih sebagai pemimpin mempunyai pengetahuan yang mencakup pengetahuan tentang adminsitrasi Negara, politik, hukum, dan yang terpenting adalah pengetahuan agama. Allah SWT menggambarkan prototype pemimpin seperti itu dalam Al-Qur’an, “Yusuf berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan Negara (mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS 12: 55).
4.      Mempunyai kemampuan. Seorang pemimpin itu hendaknya seorag yang kokoh iman dan takwanya, mulia akhlaknya, dan mampu bersikap adil dan jujur, berilmu dan cerdas, mampu menjalankan tugas (kompeten) dan konsekuen (istiqamah) memikul tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya, sehat jasmani dan rohaninya, dan ia harus memiliki kemampuan dan keberanian untuk menegakkan keadilan serta melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.
5.      Mempunyai kepedulian tinggi kepada rakyat dan mempunyai kasih sayang. 
E.       Tipe-tipe kepemimpinan Pendidikan Islam
Dalam setiap realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya, terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sebagimana menurut G.T. Terry, seperti yang dikutip oleh Maman Ukas,[11] bahwa terdapat 6 tipe kepemimpinan, yaitu sebagai berikut.
  1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
  2. Tipe kepemimpinan nonpribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media nonpribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
  3. Tipe pemimpin otoriter (autoritotion leadership).pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menuntut peratutan-peraturan yang berlaku secara ketat dan intruksi-instruksinya harus ditaati.
  4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratic leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tugas bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian.
  5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistic leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi  dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
  6. Tipe kepemimpanan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya, timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.
Selanjutnya, menurut Kurt Levin, sebagaimana yang dikutip oleh Maman Ukas[12] mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1.      Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2.      Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawb tentang pelaksanaan tujuannya. Hal ini agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.      Laissez-faire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, kemudian menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannay untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung-jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, dan semua pekerjaan tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya. Dengan demikian, hal tersebut dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja keras tanpa kekangan.
Berdasarkan dari pendapat tersebut, pada kenyataannya, tipe kempemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissez-faire banyak diterapkan oleh para pemimpinnya dalam berbagai macam organisasi dan salah satunya adalah bidang Pendidikan. Selain itu, kepemimpinan dianggap berjalan dengan baik apabila secara fungsional pemimpin tersebut mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.[13] Dengn melihat ha tersebut, pemimpin di bidang Pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan dan tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan. Dengan demikian, pada akhirnya tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin tersebut dapat mencerminkan seorang pemimpin yang professional.









DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan dan Suparno, 2009. Managemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan; Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Kritis, dan Internasionalisasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Fattah Nanang Dr., 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Indrafachrudi, H.R. Soekarto. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif. Bogor : Ghalia Indonesia.
Mangunhardjana SJ, A.M. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta : Kanisius.
Rivai Veithzal dan Arviyan Arifin, 2009. Islamic Leadership: Membangun Super Leadership Melalui Kecerdasan Spiritual. Jakarta : Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal dan Silviana Murni. 2009. Education and Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta : Rajawali Pers.
Robbins Stephen P., 2001.Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 2, Terj.: Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Mohan. Jakarta : Prenhallindo.
Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Cipta.
Ukas Maman, 1999. Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung : Ossa Promo
Wahab, Abdul Aziz. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wahab HS., Abd & Umiarso, 2011. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.




[1] Abd. Wahab HS dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011) h. 79
[2] Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun Super Leadership Melalui Kecerdasan Spiritual (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) h. 7
[3] A.M. Mangunhardjana, SJ., Kepemimpinan (Yogyakarta : Kanisius, 2004) h. 1
[4] Nanang Fattah, Dr., Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 1996) h. 88
[5] Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 81
[6] Veithzal Rivai, Education and Management: Analisis Teori dan Praktik (Jakarta : Rajawali Pers, 2009) h. 47-48
[7] Stephen P. Robbin, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 2, Terj.: Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Mohan (Jakarta : Prenhallindo, 2001) h. 41.
[8] Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif (Bogor : Ghalia Indonesia, 2006) h. 3-4
[9] Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta : Rineka Cipta, 2003) h. 4
[10] Nanang Fattah, Dr., Landasan Manajemen Pendidikan., h. 89.
[11] Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi (Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 261-262
[12] Ibid., h. 262-263.
[13] Sudarwan Danim dan Suparno, Managemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan; Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Kritis, dan Internasionalisasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009) h. 12

Sabtu, 22 Oktober 2016

Pembayaran SPP


Pengesahan Tesis

PENGESAHAN TESIS

            Tesis dengan judul “{Judul}”, yang disusun oleh Saudara/i {Nama} NIM: {NIM}, telah diujikan dan dipertahankan dalam Sidang Ujian Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Selasa 28 Agustus 2012 M bertepatan dengan tanggal 10 Syawal 1433 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang {sesuai bidang} Islam pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

Promotor:
1.    {Nama Promotor}                                                     (                                              )
KOPROMOTOR:
1.    {Nama Kopromotor}                                                 (                                              )
PENGUJI:
1.    {Nama Penguji 1}                                                     (                                              )
2.    {Nama Penguji 2}                                                     (                                              )
3.    {Nama Promotor}                                                     (                                              )
4.    {Nama Kopromotor}                                                 (                                              )
                                                                 
                                                                  Samata,     Oktober 2016
                                                                 
                                                                  Diketahui oleh:
                                                                  Direktur Pascasarjana
                                                                  UIN Alauddin Makassar,



                                                                  Prof. Dr. Sabri Samin, M.Ag

                                                                  NIP. 19561231 198703 1 022